IndonesiaVoice.com– Batak Center, organisasi yang berfokus pada pelestarian dan pengembangan budaya Batak, merayakan HUT Ke-6 dengan menegaskan komitmennya terhadap kebudayaan sebagai pondasi pembangunan bangsa.
Dalam Pidato HUT Ke-6 dan Manifesto Kebudayaan, Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Batak Center, Ir Sintong M Tampubolon, menyoroti pentingnya kebudayaan dalam membangun karakter bangsa Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan global menuju Indonesia Emas 2045.
Ia menegaskan, Sumpah Pemuda 1928 menjadi tonggak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Namun, Ia juga mengingatkan keberagaman yang ada seharusnya dilihat sebagai potensi, bukan sumber konflik.
“Batak Center juga menyoroti peran teknologi digital yang berdampak pada perubahan gaya hidup generasi muda. Meskipun demikian, teknologi ini pun dapat dimanfaatkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya, asalkan diiringi dengan kesadaran dan pemahaman yang kuat terhadap identitas bangsa,” kata Sintong dalam pidatonya di Graha Persahabatan, Pondok Indah, Jakarta, Selasa (20/8/2024).
Sebagai respons terhadap berbagai tantangan nasional dan global, lanjut Sintong, Batak Center mencetuskan Manifesto Kebudayaan yang menekankan pentingnya kebudayaan dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa.
“Manifesto ini juga mengusulkan pembentukan Kementerian Kebudayaan yang berdedikasi untuk mengelola dan memajukan kebudayaan Indonesia, serta memperkuat jatidiri dan karakter bangsa di tengah perubahan global yang cepat,” katanya.
Baca juga: DPR dan Pemerintah Wajib Menjalankan Keputusan Mahkamah Konstitusi
“Batak Center menegaskan keberlanjutan Indonesia sebagai negara berdaulat dan berkepribadian kuat hanya dapat tercapai dengan menempatkan kebudayaan sebagai prioritas utama dalam pembangunan,” urai Sintong, “Visi ini sejalan dengan tujuan menciptakan Indonesia sebagai negara superpower di bidang kebudayaan pada tahun 2045.”
Sementara Ketua Pembina Batak Center, Ir Maruap Siahaan, menyampaikan beberapa isu kritis yang dihadapi oleh masyarakat Batak dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Ia menekankan pentingnya moral dan etika sebagai dasar berbangsa dan bernegara, serta peran penting bangsa Batak dalam menjaga konstitusi, mempertahankan Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.
Baca juga: Dewan Guru Besar UI: Krisis Konstitusi Ancam Demokrasi, Tolak Revisi UU Pilkada
Maruap juga menyoroti sejumlah permasalahan serius, termasuk supremasi hukum yang tidak berjalan baik, pelanggaran HAM di kawasan Danau Toba, kriminalisasi masyarakat adat, serta perusakan lingkungan oleh perusahaan-perusahaan besar.
“Kegagalan pemerintah dalam mengelola wisata internasional berbasis lingkungan hidup di Danau Toba, serta dampak buruk dari program pemerintah yang justru menambah pencemaran lingkungan,” tegasnya.
Selain itu, Maruap mengangkat isu-isu global seperti resesi ekonomi yang diperkirakan akan berlanjut, perubahan iklim, dan hutang negara yang semakin tinggi. Semua ini, menurutnya, menjadi ancaman serius bagi stabilitas sosial dan ekonomi Indonesia.
Baca juga: PGI Dukung Putusan MK Terkait UU Pilkada dan Ajak Semua Pihak Hormati Konstitusi
“Dalam menghadapi tantangan ini, Batak Center berkomitmen untuk membangun masyarakat Batak yang beretika dan bermoral, serta menjadikan Batak Center sebagai pusat informasi dan pengembangan nilai-nilai budaya,” jelasnya.
Pun, mereka mendorong pemanfaatan teknologi digital dalam melestarikan adat dan budaya Batak, serta memperkuat posisi Batak Center sebagai pusat informasi kondisi nasional dan global.
“Kami berharap peringatan HUT ke-6 ini dapat menjadi momentum untuk memperbaiki kondisi negara, kembali kepada semangat demokrasi dan dasar negara yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa,” pungkasnya.
Baca juga: Hakim Tolak Eksepsi Terdakwa Prof Marthen Napang Dalam Kasus Dugaan Pemalsuan Salinan Putusan MA
Acara perayaan HUT Ke-6 diisi dengan webinar secara hybrid dengan topik “Etika, Moral, Adab dan Adat: Pedoman dan Arahan dalam Kehidupan-bersama Bernegara, Berbangsa dan Bermasyarakat di Indonesia”.
Webinar yang dimoderatori Wasekjen Batak Center, Dr Freddy Pandiangan menghadirkan narasumber yaitu Prof Dr Franz Magnis Suseno, SJ (Guru Besar em STF Driyakara), Erry Riyana Hardjapamekas (Mantan Wakil Ketua KPK RI dan Budayawan), Pdt Dr Hulman Sinaga (Kepala Pusat Studi Batakologi STT HKBP) dan Dr Mildawani, MA (Psikolog).(*)
Be the first to comment