Walikota Bekasi Rahmat Effendi diganjar Penghargaan “Tokoh Toleransi 2020”

“Pepen adalah pemimpin yang bijaksana dan berpihak pada konstitusi. Bagi kami, Pepen adalah ‘Mentari Toleransi Indonesia dari Bekasi’. Indonesia tentu butuh banyak matahari seperti ini untuk menyuntikkan energi bagi Indonesia kita ini,”

Walikota Bekasi Rahmat Effendi diganjar Penghargaan “Tokoh Toleransi 2020”
Walikota Bekasi Rahmat Effendi diganjar Penghargaan “Tokoh Toleransi 2020”

Wali Kota Bekasi Dr Rahmat Effendi secara resmi menerima Piagam Penghargaan sebagai Tokoh Toleransi 2020 dari Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (Perwamki).

Penghargaan tersebut diserahkan dalam apel pagi bersama para ASN di lingkungan Kota Bekasi pada 16/11 di Stadion Sepak Bola Chandrabaga, Kota Bekasi oleh Emanuel Dapa Loka selaku ketua panitia seleksi.

Penghargaan tersebut diadakan dalam rangka HUT ke-17 Perwamki dan diberikan kepada 17 tokoh dengan kategori masing-masing, antara lain, Alm Jakob Oetama (Tokoh Pers Inspiratif), drg. Aloysius Giyai (Tokoh Kesehatan), Setio Lelono (Tokoh Advokasi Gereja), Ruhul Ma’ani (Tokoh Muda Islam), Mayjend TNI dr. Albertus Budi Sulistyo (Dokter Kepresidenan).

Ikut mendampingi Pepen saat menerima penghargaan tersebut adalah Wakil Walikota Bekasi Dr H. Tri Adhianto Tjahyono dan beberapa tokoh lainnya.


Baca juga:

Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Berikan Penghargaan Kepada 17 Tokoh Nasional

Kepada TEMPUSDEI.ID Pepen menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang diberikan kepadanya. Pepen berharap semangat untuk menumbuhkan dan merawat toleransi terpelihara dalam setiap orang Bekasi dan masyarakat Indonesia.

Walikota Bekasi Rahmat Effendi diganjar Penghargaan “Tokoh Toleransi 2020”
Walikota Bekasi Rahmat Effendi diganjar Penghargaan “Tokoh Toleransi 2020”

Menurut Emanuel Dapa Loka, Pepen dalam pelayanannya kepada publik di Kota Bekasi telah menunjukkan sikap kebapaan, mengayomi seluruh warga tanpa membeda-bedakan.

“Pepen adalah pemimpin yang bijaksana dan berpihak pada konstitusi. Bagi kami, Pepen adalah ‘Mentari Toleransi Indonesia dari Bekasi’. Indonesia tentu butuh banyak matahari seperti ini untuk menyuntikkan energi bagi Indonesia kita ini,” kata wartawan yang juga penulis biografi ini.


Baca juga:

SAA Ke-35, PGI: Negara Mesti Menjamin Kesejahteraan Hidup dan Pemenuhan Hak-Hak Dasar Warganya

Rasnius Pasaribu, anggota DPRD Kota Bekasi yang hadir dalam kesempatan tersebut dan mendapat kehormatan mengalungkan selendang Perwamki mengatakan, Pepen sangat layak mendapatkan apresiasi tersebut. Pepen, kata Rasnius, adalah pribadi yang tidak hanya basa-basi dalam toleransi.

“Selamat kepada Pak Rahmat Effendi atas penghargaan ini, dan terima kasih telah menjadi teladan bagi warga Kota Bekasi dan rakyat Indonesia. Teruslah berkarya dalam memajukan Kota Bekasi dan peradaban yang bermartabat,” kata Rasnius sambil menyampaikan salam dan selamat dari Uskup Jakarta yang juga adalah Ketua KWI Mgr Ignatius Kardinal Suharyo atas penghargaan yang Pepen terima tersebut.

Catatan Toleransi Kota Bekasi

Data survei Setara Institute pada tahun 2017 menempatkan Kota Bekasi pada urutan 53 dan DKI Jakarta di urutan 94 dalam Indeks Kota Toleran di Indonesia.


Baca juga:

DPD PIKI Jabar: Natal Tanpa Ancaman, Menanti Sikap Tegas Negara atas Tindakan Intoleransi dan Ekstrimisme di Sumatera Barat dan daerah lain di NKRI

Dalam survei yang sama pada dua tahun kemudian, Kota Bekasi sudah berada di peringkat ke-6. Atas kemajuan signifikan ini, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mendapatkan penghargaan dari Setara Institute.

Data tersebut menunjukkan bahwa menciptakan sikap toleran di antara masyarakat Bekasi membutuhkan kerja keras dan kerja sama berbagai pihak, terutama Pemerintah dengan berbagai stakeholder di dalamnya.

Dalam situasi masyarakat semacam tersebut, gereja harus tetap berusaha melayani umatnya. Dan salah satu tantangan terbesar para pemimpin gereja dalam upaya membina umatnya adalah tidak mudahnya mendapatkan IMB pembangunan gereja.


Baca juga:

NORMAL BARU ERA COVID-19, PIKI DORONG PENGAJARAN ALTERNATIF

Aneka bukti telah menunjukkan itu. Bahwa akhirnya sejumlah gereja mendapatkan IMB, ini membutuhkan perjuangan yang menyedot energi, pikiran, dan kesabaran.

Betapa tidak dikatakan begitu? Bertahun-tahun berjuang, namun “seakan-akan” tanpa hasil. Gereja Santa Clara misalnya, harus menunggu 17 tahun. Berbagai demo penolakan mengiringi perjuangannya.

Untuk memberikan IMB dibutuhkan keberanian, semangat melayani tanpa sekat. Dan boleh dikatakan, keberhasilan beberapa gereja mendapatkan IMB di Bekasi sebagai kombinasi antara ketekunan panitia perizinan gereja, kebaikan masyarakat dan keberanian Walikota Pepen.


Baca juga:

Kelompok Cipayung Plus Jawa Barat Minta Presiden Pastikan Rektor, Mahasiwas, BEM dan UKM Terbebas Paham Anti Pancasila

Berkat kegigihannya, Setio Lelono bersama tim perizinan dari pihak gereja, tiga buah IMB gereja terbit. Ketiga gereja tersebut adalah Gereja Santo Mikael Kranji, Gereja Santa Clara dan Gereja Santo Yohanes Paulus II.

Selain itu Gereja Santo Stanislaus Koska di Kranggan dan beberapa gereja Protestan juga mendapatkan IMB dalam masa pemerintahan Pepen.

“Keberhasilan ini adalah berkat Tuhan dan akibat dukungan berbagai pihak, terutama masyarakat dan Pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini Pak Walikota Rahmat Effendi,” ujar Setio Lelono.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan