Terang dan Garam Bagi Bangsa
(Artikel Terakhir Sabam Sirait Untuk Buku Antologi yang Diedit Pdt Em Weinata Sairin)
IndonesiaVoice.com || Politik itu kotor, penuh aksi manipulatif dan retorika kosong. Citra seperti itulah yang mewarnai atmosfer perpolitikan di negeri ini. Tak perlu berbagai survei untuk mengonfirmasi hal tersebut.
Simaklah pembicaraan rakyat di warung kopi sampai kafe, arisan ibu-ibu rumah tangga sampai aksi jalanan para mahasiswa, demonstrasi buruh hingga seminar ilmiah para akademisi, bisa dipastikan, bila berkaitan dengan urusan politik, yang terdengar adalah sinisme yang sering kali bernada sarkasme.
Hari-hari ini hampir tak terdengar orang membicarakan politik dengan kalimat positif.
Baca juga: Presiden Jokowi Beri Penghormatan Terakhir Untuk Sabam Sirait
Politik pada dasarnya dan pada awalnya diadakan sebagai keseluruhan tindakan untuk menyempurnakan kebahagiaan kehidupan masyarakat.
John Calvin, seorang pemikir teologi Kristen abad 16 (1509-1564) menyatakan bahwa politisi itu sejatinya merupakan profesi yang sakral atau suci, melebihi profesi pendeta sekalipun.
Sebab, menurut Calvin, seseorang yang berani terjun ke dunia politik berarti dia berani menyandang tugas ‘Ilahiah’ untuk memancarkan terang di tempat yang gelap.
Tekad dan upaya seorang seorang politisi untuk menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dalam setiap kiprah dan tindakan politiknya merupakan sikap dan tindakan yang penuh keluhuran.
Sebagaimana bidang lainnya, politik juga harus dilayani dan kita bersaksi di dalamnya.
“Bahwa politik bisa menjadi kotor, itu betul. Tapi kalau dalam politik sudah bersih semua, ngapain kita layani dan bersaksi di situ? Justru karena banyak tantangan dalam politik, kita harus melayani dan bersaksi”.
Orang Kristen menurut saya harus memiliki jiwa kerakyatan. Yesus ‘kan dekat dengan orang-orang yang menderita.
Dia dekat dengan orang miskin, Dia dekat dengan orang-orang yang tertindas, bahkan Dia katakan, orang yang bekerja untuk mereka itu adalah bekerja untuk Nya.
Banyak contoh perjuangan dari para tokoh Kristen yang bisa ditelaah, dipelajari dan patut diteladani, dari T.B. Simatupang (pak Sim) kita belajar tentang konsistensi, ketegasan dan keberanian dalam menjalankan prinsip berpolitik dan bernegara, baik melalui pemikiran dan perjuangannya. Perilaku jujur dan sederhana dalam kesehariannya adalah teladan yang genuine.
Baca juga: Majelis Rakyat Papua Gugat UU No. 2 Tahun 2021 Tentang Otsus Papua Ke MK, Apa Sebab?
Banyak tokoh Kristen, baik yang sudah diangkat menjadi Pahlawan Nasional ataupun belum, tapi tetap tercatat dan menjadi suri tauladan.
Tidak hanya sebatas pada bidang politik, akan tetapi melalui jiwa nasionalisme, iman dan semangat cinta kasih, mereka telah berjuang melalui berbagai ladang pengabdian, seperti misalnya, Ajun Inspektur Polisi Dua (Anumerta) Karel Satsuit Tubun, B.W. Lapian, Brigjen TNI (Anumerta) Slamet Riyadi, Cilik Riwut, Dr. A.M. Tambunan, Dr. Ferdinand Lumban Tobing, Dr. Johannes Leimena, Dr. Sam Ratulangi, (DS). Basoeki Probowinoto, Frans Kaisiepo, Izaak Huru Doko, Kolonel Infantri (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto, Komodor Udara Agustinus Adisoetjipto, Komodor Laut Yos Sudarso, Johannes Abraham Dimara, Jend. TNI (Anumerta) Oerip Soemohardjo, Kapten (Anumerta) Pierre Tendean, Laksamana Muda TNI (Pur) John Lie, Maria Walanda Maramis, Martha Christina Tiahahu, Marthen Indey, Mayjen TNI (Anumerta) D.I. Panjaitan, Melanchton Siregar, Mgr. Soegijapranata, Letjen TNI (Purn) T.B. Simatupang, Mr. A.A. Maramis, Mr. Amir Syarifuddin, Mr. I.J. Kasimo, Prof. Dr. W. Z. Johannes, Robert Wolter Monginsidi, Silas Papare, Thomas Matulessy, Todung Sutan Gunung Mulia, dan masih banyak lagi tokoh Kristen yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, akan tetapi melalui pengabdiannya, menjadi ‘terang’ dan ‘garam’ bangsa dan negara Indonesia.
Jakarta, 19 Juni 2021
Sabam Sirait
Be the first to comment