Refleksi Awal Tahun, Mensos Juliari Batubara Ajak PIKI Bersinergi Jadi Mitra Strategis

Juliari mengajak keluarga besar PIKI untuk bersinergi menjadi mitra strategis bersama kementerian sosial.

Refleksi Awal Tahun, Mensos Juliari Batubara Ajak PIKI Bersinergi Jadi Mitra Strategis

IndonesiaVoice.com | Menteri Sosial Juliari Batubara menghadiri dan memberikan Keynote Speech dalam Refleksi awal tahun Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) bertajuk “Indonesia Quo Vadis” yang digelar di Hotel Gren Melia, Jakarta, Jumat, 31 Januari 2020.

Dalam keynote speech, Juliari Batubara mengutarakan tentang pentingnya kaum inteligensia Kristen punya pengaruh (kualitas).


“Walaupun dari segi jumlah sedikit, namun hendaknya punya pengaruh (kualitas) agar setiap sepak terjang dan action (aksi) lebih diperhitungkan,” ujar dia. 

Baca Juga: Dies Natalis Ke-55, Ketum PIKI: “Kualitas Demokrasi Masih Transaksional”

“Saya yakin, PIKI berisi orang-orang yang berpengaruh. Tidak hanya memiliki pengalaman organisasi namun juga memiliki kecerdasan intelektual. Sebab itu, kehadiran PIKI mesti diteruskan dan mampu mewarnai,” tambah Juliari.

Juliari mengajak keluarga besar PIKI untuk bersinergi menjadi mitra strategis bersama kementerian sosial.


“Manfaatkanlah program-program di Kemensos untuk meningkatkan posisi tawar PIKI ditengah-tengah masyarakat. Kami siap membuka diri untuk bergandengan tangan dengan siapa saja, termasuk dengan PIKI,” imbuhnya. 

Baca Juga: DPD PIKI Jabar: Natal Tanpa Ancaman, Menanti Sikap Tegas Negara atas Tindakan Intoleransi dan Ekstrimisme di Sumatera Barat dan daerah lain di NKRI

Sementara Ketua Umum DPP PIKI, Baktinendra Prawiro, MSc, MH, menyampaikan pidato refleksi awal tahun bertajuk “Indonesia quo vadis?.

“Bagi orang beriman, ketika melangkah pada suatu titik akan sampai pada persimpangan. Pertanyaan adalah apakah kita akan mengambil jalan yang besar atau jalan lurus tapi sempit. Dalam konteks ini bukan bermaksud untuk khawatir, tapi mesti sikapi bersama,” kata dia.


Baktinendra melanjutkan tahun 2020 adalah tahun berat dilihat dari sudut ekonomi dunia. Pada 1998, krisis moneter itu terasa besar di Jawa, tapi di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi ketika itu ekspor meningkat karena ekonomi di luar negeri sedang boom (meningkat). 

Baca Juga: RKUHP Jangan Diskriminasi Dan Dipakai Untuk Mengkriminalkan Perbedaan

“Tapi sekarang kebalikannya ekonomi luar negeri sedang lesu, berarti impor mereka turun. Karena itu, berkali-kali kita mendengar para ekonom mengatakan Indonesia harus mengandalkan dirinya kepada investasi dan konsumsi,” beber dia.

Baktinendra sependapat kalau ingin meningkatkan investasi maka investor harus dipermudah. Jangan dipersulit dengan rezim perizinan yang begitu rumit.


Juga, respon dari pasar pekerja (labour market) harus cukup elastis menyesuaikan dengan perkembangan. 

Baca Juga: Tenaga Kerja Asing masuk Indonesia, Ketum GAMKI: “Jika Tidak Ingin Tergilas, Pemuda Mesti Punya Keahlian Khusus”

Lalu, sistem perpajakan harus disimplifikasi agar mudah pelaksanaannya dan tidak menyulitkan bagi mereka yang akan berinvestasi.

“Tujuannya ada dua. Yaitu agar investasi dalam negeri meningkat baik oleh investor dari dalam dan luar negeri. Dan terciptalah lapangan pekerjaan. Inilah dalam rangka upaya social welfare (kesejahteraan sosial) yang kita cita-citakan bersama,” pungkasnya.


Hadir dalam refleksi awal tahun tersebut yaitu Dr (HC) Willi Toisuta PhD, Dr Daniel Yusmic MH (Hakim Mahkamah Konstitusi) dan Aldentua Siringoringo, SH. Sedangkan penanggap yakni Dr Badikenita Putri Sitepu (Senator asal Sumut), Dr Pos Hutabarat, Dr Theofransus Litaay dan Dr Bernard Nainggolan.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan