
IndonesiaVoice.com – Di lereng bukit yang hijau, di mana Danau Toba memantulkan keindahannya seperti cermin raksasa, sebuah kisah kepahlawanan abadi terukir.
Di sini, pada tahun 1849, lahir seorang pemimpin yang namanya akan bergema sepanjang zaman yakni Patuan Bosar Ompu Pulo Batu, atau yang lebih dikenal sebagai Raja Sisingamangaraja XII.
Lebih dari seabad setelah gugurnya, nilai-nilai keteladanannya masih menjadi obor yang menerangi jalan generasi milenial.
Yayasan Pecinta Danau Toba (YPDT) pernah menggelar Diskusi Kamisan, Kamis, (8/11/2018), sebagai sebuah upaya untuk menggali kembali nilai-nilai kepahlawanan Sisingamangaraja XII.
Acara ini adalah bagian dari Gerakan Cinta Danau Toba (GCDT) 4, yang berpusat di Bakara, tanah kelahiran sang pahlawan.
Baca juga: Raja Sisingamangaraja XII, Matahari yang Tak Pernah Tenggelam di Tanah Batak
“Kami ingin generasi muda memahami dan meneladani semangat Sisingamangaraja XII,” ujar Maruap Siahaan, Ketua Pembina Batak Center, dengan nada penuh keyakinan dalam paparannya pada acara Memorial Lecture 180 tahun Pahlawan Sisingamangaraja XII yang diadakan DPN Batak Center, Kamis (20/3/2025).
Simbol Perlawanan dan Persatuan
Sisingamangaraja XII bukan sekadar nama dalam buku sejarah. Ia adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan.
Sejak dinobatkan sebagai raja pada usia 17 tahun, ia memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda selama tiga dekade (1877-1907).
Perjuangannya bukan hanya tentang pertempuran fisik, tetapi juga tentang mempertahankan pengetahuan lokal dan nilai-nilai luhur budaya Batak.
“Beliau adalah tokoh pemersatu,” tambah Maruap. “Dia membangun afiliasi dengan wilayah lain, menciptakan jaringan perlawanan yang solid. Setiap wilayah memiliki perwakilan dan panglima perang yang siap berjuang bersamanya.”
Dermawan dan Pembebas
Sisingamangaraja XII juga dikenal sebagai pemimpin yang dermawan dan anti perbudakan. Ia sering membebaskan orang-orang yang terpasung atau menjadi budak akibat perang antar kampung atau gagal panen.
Menurut catatan von Brenner, harga seorang budak wanita muda di Toba saat itu mencapai 70-120 ringgit. Namun, bagi Sisingamangaraja XII, kebebasan manusia tak ternilai harganya.
“Beliau adalah pembebas sejati,” kata Maruap. “Ia membayar binsang dan ampang untuk membebaskan mereka yang terjebak dalam perbudakan. Ini menunjukkan betapa ia menjunjung tinggi nilai kebebasan dan kemanusiaan.”
Pemimpin yang Bersahaja dan Taat Hukum
Meskipun memiliki kekuasaan yang besar, Sisingamangaraja XII dikenal sebagai pemimpin yang bersahaja dan sederhana.
Ia taat pada hukum adat Batak dan mampu menyelesaikan konflik dengan bijaksana. Nilai-nilai budaya seperti Dalihan Na Tolu (tiga tungku) menjadi pedoman dalam kepemimpinannya.
“Beliau adalah pemimpin yang rela berkorban,” ujar Maruap. “Ia berjuang sampai titik darah penghabisan, menjadi simbol kekuatan spiritualitas orang Batak yang setia dan teguh hati.”
Pesan untuk Generasi Milenial
Di era modern ini, nilai-nilai keteladanan Sisingamangaraja XII menjadi semakin relevan. Maruap Siahaan menegaskan bahwa generasi muda Batak harus mengambil alih peran sebagai pejuang kebenaran di zaman mereka.
“Indonesia gelap bukanlah sekadar kata-kata,” ujarnya. “Ini adalah ekspresi generasi muda yang kehilangan harapan karena keadilan tidak ditegakkan. Korupsi merajalela, dan banyak pemimpin hanya mementingkan diri sendiri.”
Maruap mengajak generasi milenial untuk meneladani sifat kesatria dan kepahlawanan Sisingamangaraja XII.
“Kita harus berjuang melawan musuh zaman sekarang: koruptor, kapitalis jahat, dan sistem nilai yang bertentangan dengan habatakon,” tegasnya.
Baca juga: Demi Provinsi Tapanuli, JS Simatupang Ajak Perantau Bantu Sukseskan Pemekaran, Ini Solusinya
Cahaya yang Tak Pernah Padam
Perjuangan belum usai. Tantangan zaman mungkin berubah, tetapi semangat untuk mempertahankan kebenaran, keadilan, dan persatuan harus tetap sama.
“Sisingamangaraja XII adalah cahaya yang tak pernah padam,” tutup Maruap. “Dan kita, sebagai generasi penerus, harus memastikan cahayanya terus menyinari Indonesia.”
Di luar, angin berhembus lembut, membawa pesan dari Bakkara ke seluruh penjuru negeri bahwa nilai-nilai keteladanan Sisingamangaraja XII akan terus hidup, menginspirasi setiap langkah kita menuju Indonesia yang lebih adil, bersatu, dan bermartabat.
Be the first to comment