Seminar Menelusuri Warisan Prof Midian Sirait, Langkah Menuju Gelar Pahlawan Nasional

pahlawan nasional
Seminar Nasional bertema “Perjuangan Prof Dr Midian Sirait dalam Pembangunan Kesehatan di Bidang Farmasi dan Obat di Indonesia sebagai Wujud Pemenuhan HAM” di Aula GWS UKI, Jakarta, Selasa (10/12/2024).

IndonesiaVoice.com –  Universitas Kristen Indonesia (UKI), bekerja sama dengan Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) dan Panitia Pengusulan Pahlawan Nasional Prof. Dr. Midian Sirait, menyelenggarakan Seminar Nasional bertema “Perjuangan Prof Dr Midian Sirait dalam Pembangunan Kesehatan di Bidang Farmasi dan Obat di Indonesia sebagai Wujud Pemenuhan HAM”. Acara ini berlangsung di Aula GWS UKI, Jakarta, Selasa (10/12/2024) dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting dari dunia pendidikan, farmasi, dan kesehatan.

Sebelum seminar yang dibuka Dekan FISIP UKI, Dr Verdinand Robertua, MSoc Sc, mewakili Rektor UKI, dilakukan penandatanganan kerja sama antara FISIPOL UKI dengan YPDT.

Kolaborasi ini menegaskan komitmen bersama untuk mendukung pengembangan kesehatan dan pelestarian lingkungan, seperti yang diperjuangkan oleh Prof. Midian Sirait sepanjang hidupnya.

Seminar ini menghadirkan pembicara-pembicara berpengaruh seperti Dirjen Farmalkes Kemenkes RI Dr. Apt. Sampurno, Prof. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc, Apt., dan Dr. Sukrasno, M.Si.

Mereka memaparkan kontribusi multidimensional Prof. Midian, mulai dari perjuangannya sebagai Kepala Staf Tentara Pelajar Batalyon Arjuna di Sumatera Utara hingga peran visionernya di bidang farmasi.

Sebagai Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) selama satu dekade (1978–1988), Prof Midian memprakarsai kebijakan penting seperti daftar obat esensial yang mendukung akses kesehatan bagi masyarakat luas.

“Beliau tidak hanya membangun pondasi dalam dunia farmasi Indonesia tetapi juga meninggalkan jejak inovasi, seperti paten Fitofarmaka yang terkenal,” ujar Ketua YPDT, Drs. Maruap Siahaan, MBA, dalam sambutannya, di Aula GWS UKI, Jakarta, Selasa (10/12/2024).

Tidak hanya di bidang farmasi, Prof Midian juga mendirikan Yayasan Tenaga Pembangunan Arjuna di Porsea dan Museum Balai Budaya Batak di Sumatera Utara. Keduanya menjadi simbol dedikasi beliau dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta melestarikan budaya Batak.

“Beliau adalah pejuang lintas bidang—ilmu pengetahuan, budaya, hingga lingkungan hidup,” kata Maruap.

Poltak Michael Sirait, mewakili keluarga, memberikan testimoni emosional tentang dedikasi ayahnya. “Ayah kami adalah seorang pemimpin yang selalu mengajarkan tanggung jawab. Kehidupan beliau menjadi teladan bagi keluarga dan masyarakat,” ungkap Poltak.

Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Nofendri Roestam, mengenang jasa Prof. Midian dalam mendirikan sekretariat permanen organisasi, yang kala itu bernama Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.

“Kontribusi beliau sangat fundamental, bahkan hingga saat ini menjadi dasar standar kefarmasian di Indonesia,” ujar Nofendri.

Kepala Dinas Sosial Sumatera Utara, Dr. H. Asren Nasution, MA, menyampaikan rasa bangganya terhadap pengusulan ini.

“Lima dimensi pengabdian Prof. Midian—kesehatan, kebangsaan, intelektualitas, pendidikan, dan integritas—menjadikan beliau sangat layak mendapat gelar Pahlawan Nasional,” tegas Asren.

Dekan FISIP UKI, Dr. Verdinand Robertua, MSoc.Sc., menekankan peran Prof. Midian dalam membangun institusi pendidikan yang menjadi pilar utama kemajuan bangsa. “Beliau juga dianggap sebagai salah satu penggerak dalam mendirikan FISIP UKI,” kata dia.

Sebagai tokoh kelahiran Lumban Sirait, Sumatera Utara, pada 12 November 1928, Prof. Midian Sirait dikenal sebagai sosok yang mengabdikan hidupnya untuk kemajuan bangsa.

Prof Midian pernah menerima Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2010 atas jasa besarnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Seminar ini menjadi momentum penting untuk merajut kembali ingatan kolektif bangsa tentang sosok Prof. Dr. Midian Sirait. Dengan dukungan berbagai pihak, upaya pengusulan gelar Pahlawan Nasional diharapkan dapat segera terwujud, memberikan penghargaan yang layak atas kontribusi besar beliau untuk Indonesia.(*)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan