IndonesiaVoice.com | Kedaulatan pangan menjadi suatu keniscayaan manakala menghadapi tantangan krisis ekonomi global yang diramalkan terjadi pada tahun 2023.
Guna menjaga pangan di masa depan, ada lima strategi pengawasan kementerian pertanian dalam rangka menuju kedaulatan pangan.
“Pertama, kita fokus pada program strategis, prioritas, dan super prioritas. Kedua, membangun sinergi APIP dan APH untuk mewujudkan ketahanan pangan. Ketiga, mewujudkan pembangunan pertanian tepat waktu, tepat mutu dan tepat sasaran,” urai Ketua Panitia, Dr Jan Maringka dalam Natal Bersama Senior GMKI Jakarta di Gedung F Kementerian Pertanian, Jakarta, Sabtu, 21 Januari 2023.
“Keempat, membangun sistem pelaporan yang terintegrasi agar akses informasi pembangunan pertanian didapat secara cepat, tepat, dan akurat. Dan kelima, membangun kemitraan strategis dengan stakeholder bidang pertanian,” lanjut Jan.
Lebih jauh Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian ini membeberkan perkembangan ekspor pertanian periode 2019-2022.
“Pada tahun 2020, ekspor pertanian mengalami kenaikan sebesar 15,79 persen yakni dari Rp. 390,16 T menjadi 451,77 T. Pada tahun 2021, juga mengalami kenaikan 36,43 persen dari Rp. 451,77 menjadi Rp. 616,35 T. Terakhir pada tahun 2022, ekspor pertanian naik 6,79 persen dari 616,35 T menjadi 658,18 T,” imbuh Jan Maringka.
Baca juga: GMKI Bandung Desak Pemkot Bandung Tindak Tegas Oknum Pejabat yang Korupsi dimasa Pandemi
Natal Bersama Senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Jakarta berlangsung meriah dan penuh sukacita yang dihadiri ratusan orang dari lintas Cabang Senior GMKI.
Dinaungi terang Tema: “… Maka Pulangkah Mereka ke Negeri-Nya Melalui Jalan Lain” (Matius 2: 12b), Natal malam itu dimulai dengan prosesi iringan tari-tarian.
Kotbah Natal kala itu dibawakan Pdt DR Hariman H Pattianakota MTh. Menurutnya, tema Natal ini menarik sekaligus menantang.
Baca juga: Sejumlah Menteri Jokowi ke Maluku Utara, GMKI Ternate Angkat Bicara
“Menarik karena jalan lain itu bukan jalan biasa yang kita lalui. Dan jalan baru itu biasanya keluar dari zona nyaman. Apalagi jalan baru itu bisa saja jalan yang penuh ancaman dan resiko. Mari kita introspeksi untuk mencari jalan lain atau jalan baru itu,” kata dia.
Pesan Natal malam itu dibawakan oleh Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto. Menurutnya, ketika baru dilantik, Presiden Jokowi meminta Lemhanas membuat kajian terkait Tahun 2023 yang meramal dunia akan mengalami kegelapan akibat krisis ekonomi, pangan, hingga energi akibat pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia-Ukraina.
Meski begitu Andi berharap umat Kristiani agar mampu menjadi lilin-lilin kecil yang menerangi kegelapan dan optimis melalui Tahun 2023.
Sementara Ketua Forum Senior GMKI Jakarta, Padot Gultom, SE, MM, menjelaskan tema Natal hari ini yang diambil dari Matius 2 ayat 12b, “Maka Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain”.
“Sekali lagi kita diingatkan untuk terus meningkatkan kewaspadaan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Apalagi kita ketahui bersama, setelah melewati masa pandemi yang sulit dalam 3 tahun kebelakang, seluruh dunia masih dihantui oleh keadaan ekonomi yang tidak menentu,” jelas dia.
“Mungkin Bapak dan Ibu sudah sering mendengar berita yang sering digaungkan selama pertengahan kedua tahun 2022 yang lalu, banyak ahli-ahli ekonomi serta para petinggi negara-negara besar dan organisasi di level dunia tak henti-henti nya menyerukan bahwa di tahun 2023 akan terjadi resesi ekonomi skala global,” lanjutnya.
Isu ini juga, kata Padot, diperkuat dari hasil pertemuan tahunan para petinggi negara, organisasi dunia dan pemimpin perusahaan multinasional pada World Economic Forum di Davos, Swiss, yang baru saja berakhir pada tanggal 16-20 Januari kemarin, dimana di dalam laporan Chief Economist Outlook Januari 2023 menyebutkan bahwa 2/3 ekonom-ekonom di dunia yang di survey oleh WEF menyatakan resesi global mungkin terjadi di tahun 2023.
“Bahkan, 18% dari mereka menyatakan bahwa resesi global sangat mungkin terjadi di tahun ini. World Bank sendiri juga memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang semula diangka 2.9%, sekarang hanya menjadi 1.7%,” urai dia.
Tetapi, menurut Padot, bila ditelaah kembali, 91% dari para ekonom dunia tersebut menyebutkan bahwa Amerika Serikat akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, 100% menyatakan Eropa akan mengalami pertumbuhan ekonomi dikisaran 0 sampai 0.5% saja, sementara hanya 37% yang yakin bahwa negara-negara Asia Timur, Asia Tenggara, dan Kawasan Pasifik akan mengalami perlambatan ekonomi.
“Artinya adalah, kita di Indonesia tetap harus waspada meskipun angin ributnya sepertinya akan berhembus lebih keras di negara-negara maju, karena seperti pengalaman yang sudah-sudah, krisisnya yang jauh disana, kita pun juga merasakan dampaknya disini,” tegas dia.
“Karena itu, sangatlah tepat dan sejalan dengan tema perayaan Natal kita hari ini, walaupun kita sepertinya dalam keadaan yang baik-baik saja, paling tidak kita harus lebih kreatif dalam mencari jalan alternatif lain agar terhindar dari bahaya yang menanti,” katanya.
Padot mengutip khotbah Pendeta Hariman yang terambil dari Matius 2 menyebutkan bagaimana Orang Majus dari Timur diutus oleh Herodes untuk mencari Dia, Raja orang Yahudi, yang baru dilahirkan itu, yang tanpa diketahui sebelumnya oleh mereka ternyata Sang Raja Herodes memiliki maksud lain untuk membunuh bayi-bayi yang lahir di tanggal tersebut.
Setelah mereka bertemu dengan bayi Yesus di Betlehem, Tuhan memberikan petunjuk melalui mimpi yang disampaikan kepada Orang Majus untuk mengingatkan Yusuf dan Maria agar mencari jalan lain untuk kembali ke tempat asalnya.
“Saya rasa, begitu juga cara yang tepat untuk menyikapi semua laporan-laporan ekonomi yang disampaikan oleh para ekonom tadi. Anggap saja kita mendengar petunjuk orang-orang Majus dari Timur untuk mencari jalan lain, jalan alternatif, agar terhindar dari bahaya,” tuturnya.
Padot membeberkan apa saja bahaya-bahaya tersebut.
“Ya memang tidak akan jauh dari tantangan ekonomi. Inflasi yang masih cukup tinggi, mengharuskan banyak bank sentral di seluruh dunia untuk menaikkan suku bunga-nya,” jelasnya.
Di Indonesia pun, menurut Padot, demikian, seperti hari Kamis kemarin, pada tanggal 19 Januari, Bank Indonesia menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin ke level 5.75%.
Ini merupakan ke 6 kali nya berturut-turut setiap bulan sejak bulan Agustus 2022 yang lalu.
“Artinya adalah tidak hanya harga kebutuhan pokok saja yang meningkat, tetapi juga pembayaran segala bentuk cicilan hutang melalui sistem perbankan akan menjadi semakin terasa berat,” beber dia.
Padot mengutarakan keadaan geopolitik juga bisa saja berubah dalam waktu sekejap dan memperdalam krisis energi.
“Kita sudah melihat sendiri tahun lalu bagaimana situasi politik antara Ukraina dan Rusia menjadi titik awal meningkatnya harga minyak yang dalam waktu sekejap melambung tinggi.
Kita juga tidak boleh melupakan bahwa tahun ini merupakan awal dimulainya ‘Tahun Politik’ di negara kita,” imbuh dia.
Masa kampanye pemilu, menurut rilis KPU, akan berlangsung pada tanggal 28 November 2023 sampai dengan 10 Februari 2024.
Siapapun pemimpin Indonesia selanjutnya, kita semua boleh berharap bahwa hal-hal baik yang sudah terjadi selama 8 tahun kebelakang akan terus dilanjutkan dan semakin diperbaiki oleh pemimpin selanjutnya.
Juga, yang tidak kalah penting adalah sosok pemimpin yang bisa merangkul semua kalangan, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
“Semoga di tahun 2023 ini, kondisi politik dapat berjalan dengan damai tentram, dengan keadaan ekonomi yang dapat terus membaik atau paling tidak tidak memburuk, dan kita selalu dalam perlindungan Tuhan,” tandas Padot. (Vic)
Be the first to comment