
IndonesiaVoice.com – Dalam momentum peringatan 80 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Batak Center meluncurkan Manifesto Kebudayaan sebagai penegasan komitmen melestarikan warisan leluhur sekaligus mengokohkan budaya sebagai pilar utama pembangunan bangsa.
Manifesto ini dibacakan oleh Sekretaris Jenderal Batak Center, Drs. Jerry R. Sirait, dengan pesan kuat: budaya adalah fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Dari Ulos hingga Museum Batak Raya, Mimpi Besar Batak Center untuk Generasi Mendatang
Kebudayaan sebagai Pilar Bangsa
Dalam pidatonya, Jerry R. Sirait menegaskan bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan, melainkan sumber kekuatan bangsa di tengah arus globalisasi.
Ia merujuk Pasal 32 UUD 1945 yang menegaskan bahwa negara wajib memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia.
“Batak Center menandaskan kebudayaan sebagai satu pilar utama untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, sebagaimana semangat Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi 1945,” ujarnya.
Baca juga: Menteri Kebudayaan Fadli Zon Hadiri HUT Ke-7 dan Apresiasi I Batak Center
Visi, Misi, dan Aksara Batak
Batak Center lahir dengan visi mewujudkan Masyarakat Batak Raya yang modern dan berperadaban, namun tetap berakar pada nilai-nilai luhur habatakon.
Salah satu fokusnya adalah pelestarian aksara Batak yang selama berabad-abad digunakan dalam pustaha, ritual adat, dan karya seni.
Jerry menyampaikan apresiasi kepada generasi muda yang tekun mempelajari aksara Batak dan komunitas yang terus berupaya menjaga eksistensi bahasa serta tradisi Batak di tengah tantangan zaman digital.
Baca juga: Menteri Fadli Zon Sebut Batak Center Sebagai Penjaga Budaya dan Usulkan Museum Batak
Pluralisme dan Megadiversity
Manifesto ini juga menekankan nilai keberagaman. Batak Center hadir sebagai wadah pluralis yang menaungi enam puak Batak: Toba, Karo, Pakpak, Angkola, Simalungun, dan Mandailing.
“Keberagaman adalah anugerah Tuhan. Ia harus dirawat dan dikembangkan demi kebaikan bersama,” tegas Jerry.
Harapan Baru dengan Kementerian Kebudayaan
Batak Center bersyukur atas terbentuknya Kementerian Kebudayaan yang kini dipimpin Dr. H. Fadli Zon, SS., M.Sc, yang juga telah mendapat gelar adat Datuak Bijo Dirajo Nan Kuniang.
Manifesto menilai kementerian ini menjadi tonggak penting dalam menjadikan Indonesia superpower di bidang kebudayaan pada 2045.
Selain itu, manifesto mengingatkan pentingnya pengelolaan wisata berbasis lingkungan di Danau Toba, tantangan perubahan iklim, serta ancaman ekonomi global.
Kebudayaan, menurut Batak Center, harus menjadi benteng moral dan spiritual dalam menghadapi krisis.
Jejak 7 Tahun Batak Center
Selama tujuh tahun, Batak Center telah menorehkan berbagai kegiatan strategis, mulai dari Ulos Fest 2019, Lomba Lagu Batak 2021, Bulan Kebudayaan Batak 2022, hingga dukungan bagi F1H20 di Balige.
Kini, lembaga ini tengah memperjuangkan Ulos sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO dan rencana pendirian Museum Batak Center di Danau Toba.
Tak hanya itu, tujuh program prioritas baru juga digulirkan, termasuk Festival Paduan Suara Batak Anak dan Remaja, Apresiasi Budaya Nasional, serta digitalisasi aksara dan sastra Batak.
Menuju Indonesia Emas 2045
Manifesto ditutup dengan seruan agar seluruh elemen bangsa berpadu di jalan kebudayaan. Bagi Batak Center, nilai habatakon sejatinya menyatu dengan nilai Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
“Mari bersama kita berpadu menempuh jalan kebudayaan untuk Indonesia Maju, Indonesia Emas 2045,” tutup Jerry dengan penuh optimisme. (VIC)
#BatakCenter #ManifestoKebudayaan #BudayaBatak #IndonesiaEmas2045 #AksaraBatak #Ulos #MuseumBatakRaya
Be the first to comment