
Jakarta, IndonesiaVoice.com – Di tengah hiruk pikuk Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Minggu, 19 Oktober 2025, sebuah pemandangan kolosal yang menghangatkan hati tersaji, seolah mengubah kompleks budaya tersebut menjadi “Terbatak-Batak” dalam sekejap.
Bukan sekadar perayaan, Hari Ulos Nasional (HUN) 2025 yang diinisiasi oleh Forum Bangso Batak Indonesia (FBBI) ini adalah manifestasi nyata dari semangat gotong royong dan kecintaan pada warisan leluhur.
Tepat di Plaza Kori, disaksikan ribuan pasang mata dan ratusan penari serta panitia yang bersemangat, Ketua Umum FBBI, Feber Manalu, didampingi Penasehat, Direksi TMII, dan Kepala Anjungan Sumatra Utara, melakukan tarikan pertama.
Baca juga: DPR DIBOHONGI? Jejak Janji Palsu TPL di Hadapan Wakil Rakyat dan Penderitaan Masyarakat Adat
Tarikan itu bukan sekadar gerakan fisik, melainkan pertanda dibentangkannya sebuah simbol persatuan yaitu ulos sepanjang 1000 meter—yang diklaim sebagai ulos terpanjang di dunia.
Diiringi dentuman magis Gondang Sabagunan, ulos raksasa itu mulai diarak dalam prosesi sejauh satu kilometer menuju Anjungan Sumatra Utara.
Sepanjang perjalanan, skenario spontan yang paling inspiratif terjadi yakni para pengunjung dari berbagai latar belakang suku dan usia tak mampu menahan diri, mereka larut, bergantian memegang dan ikut mengarak ulos.
Semangat “Ulos Menyatukan Bangsa“—tagline yang diusung dalam perayaan kali ini—benar-benar hidup dan mengalir, menyelimuti setiap langkah arak-arakan.
Ulos, yang dalam tradisi Batak bermakna simbol kasih, berkat, dan kehormatan, pada hari itu bertransformasi menjadi benang penghubung persaudaraan antar-suku di Indonesia.
Ide kreatif nan spektakuler ini, ternyata lahir dari benak seorang seniman panggung ulung yaitu Feber Manalu, Ketua Umum FBBI, yang dikenal sebagai penyanyi dan MC.
Kepiawaiannya merangkai pertunjukan kini diaplikasikan untuk merangkai persatuan. Namun, perjalanan mewujudkan mimpi besar ini tidaklah mudah.
Dalam sambutannya, Feber Manalu tak menyembunyikan keprihatinannya. Ia berharap pemerintah, khususnya Kementerian Budaya, berkenan meresmikan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Ulos Nasional.
Lebih dari itu, ia mengungkapkan minimnya dukungan dari para pejabat, khususnya dari Pemerintah Provinsi Sumut dan Pemda sekawasan Danau Toba, untuk event yang sangat esensial bagi pelestarian budaya ini.
Baca juga: Menggali Potensi Raja Sijorat VIII sebagai Pahlawan Nasional di Tengah Dilema Oral Story
“Walau dalam keterbatasan, kami dan teman-teman panitia tetap semangat mewujudkan kegiatan HUN ini sebagai bentuk komitmen FBBI terhadap pengembangan dan pelestarian Budaya Batak,” tegas Feber.
Keterbatasan tidak memadamkan api semangat. Sesampainya di Anjungan Sumatra Utara, beragam kegiatan budaya yang dikemas menarik—mulai dari pertunjukan seni, pameran UMKM ulos, hingga diskusi budaya—membuat pengunjung terpaku dan tak beranjak hingga malam menjelang.
Penutupan perayaan yang meriah menjadi penutup manis dari kerja keras para panitia. Feber pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan perhatian, seraya berjanji akan membuat lebih spektakuler lagi di waktu berikutnya.
Baca juga: HUT TNI ke-80, Dr. John Palinggi: TNI Prima dan Rakyat Bersatu Demi Indonesia Maju
Perayaan Hari Ulos Nasional 2025 di TMII adalah kisah tentang dedikasi yang tulus. Ini adalah bukti bahwa semangat komunitas yang kuat, dipimpin oleh seorang seniman visioner, mampu melampaui segala keterbatasan birokrasi dan dukungan, demi menjaga agar warisan budaya yang adiluhung terus hidup, menginspirasi, dan benar-benar Menyatukan Bangsa.(*)

Be the first to comment