
IndonesiaVoice.com – Di tengah gempuran modernisasi yang tak terbendung, kebutuhan untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya menjadi semakin mendesak.
Isu krusial ini menjadi sorotan utama dalam diskusi panel bertajuk “Merawat Budaya Sumatera Utara di Tengah Arus Modernisasi dalam Rangka Memperkuat Bingkai Kebangsaan” yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Universitas Sumatera Utara (IKA USU) Jakarta bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Acara yang dibuka langsung oleh Ketua DPD RI, Sultan Bakhtiar Najamudin, ini berlangsung hangat di Ruang Nusantara 5, Gedung DPD RI, Kamis (26/6/2025).
Dengan pukulan gong yang menggema, Sultan Bakhtiar Najamudin secara resmi membuka diskusi yang menghadirkan narasumber-narasumber kompeten.
Baca juga: Dampak Yang Terjadi Pascagempa M 4,8 oleh Sesar Besar Sumatera
Hadir mendampingi Ketua DPD RI adalah Ketua Komite 2 DPD RI, Dr. Badikenita Putri Sitepu, S.E., S.H., M.Si, yang juga turut menjadi pembicara. Sederet tokoh akademisi turut memperkaya diskusi, yakni Ketua Lembaga Penelitian USU, Prof. Dr. MSI, dan Guru Besar Universitas Krishna Dwipayana, Prof. Payaman Simanjuntak serta dipandu oleh moderator Dr. Sampe Purba.
Dalam sambutannya, Sultan Bakhtiar Najamudin menyoroti dampak modernisasi yang berpotensi mengikis budaya lokal jika tidak disikapi dengan bijak.
“Modernisasi yang sebenarnya kalau kita tidak pandai-pandai atau tidak pintar-pintar menyikapi dan mengelola itu bisa berdampak, bisa berdampak, bisa menggerus,” tegasnya.
Namun, ia menyambut baik pembentukan Kementerian Kebudayaan oleh Presiden Prabowo, yang dianggap sebagai momentum positif untuk menguatkan literasi budaya.
Baca juga: Dr Hulman Panjaitan: Peran Krusial Pendidikan Tinggi dalam Mengangkat Pariwisata Danau Toba
Sumatera Utara, lanjut Sultan, dikenal sebagai provinsi yang kaya raya akan budaya. Mulai dari tarian, musik, hingga rumah adat, semuanya merupakan warisan tak ternilai.
Ia bahkan secara khusus menyoroti dominasi talenta Sumatera Utara dalam dunia musik dan tarik suara, seperti yang sering terlihat di ajang-ajang kompetisi nasional, seperti di Indonesian Idol.
“Warisan-warisan ini kan tidak bisa dihitung dengan valuasi biasa. Ini kan nilainya tak terhingga,” ujarnya.
Namun, Sultan juga mengingatkan tentang tantangan nyata di era modern ini, seperti tergerusnya bahasa dan tradisi daerah, pergeseran nilai dan gaya hidup, bahkan ketimpangan budaya dimana budaya asing bisa lebih mendominasi.
Baca juga: KMDT Serukan Aksi Hijaukan Kembali Kaldera Toba, Status UNESCO Terancam Dicabut
“Modernisasi itu kalau tidak dikelola dengan baik memang bisa menggerus adat istiadat,” imbuhnya, seraya mengamati fenomena generasi muda yang lebih mudah mengakses budaya global melalui teknologi, yang berisiko melupakan akar budaya sendiri.
Oleh karena itu, peningkatan literasi budaya menjadi kunci untuk menumbuhkan kecintaan dan keinginan menjaga serta melestarikan budaya bangsa.
Dr. Badikenita Putri Sitepu dalam paparannya mengaitkan pelestarian budaya dengan penguatan semangat kebangsaan dalam bingkai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ia menyoroti pentingnya melestarikan bahasa dan tradisi lokal.
Dengan lugas, Ketua Umum DPP PIKI ini menggambarkan kekayaan keragaman budaya yang ia miliki melalui silsilah marganya yang berliku, mulai dari Boru Sitepu hingga Boru Sihotang, dan bagaimana hal tersebut menjadi aset pemersatu bangsa.
Baca juga: Sorbatua Siallagan Lawan TPL, Mahkamah Agung Diuji untuk Tegakkan Keadilan Adat
“Hal-hal ini yang saya sering sampaikan ini sebenarnya yang suatu hal aset untuk kita mempersatukan bangsa,” ungkap nya.
Ia juga menyentil fenomena di mana terkadang masyarakat justru gemar membuat perbedaan. Sebagai anggota MPR, ia selalu menekankan bahwa Bhinneka Tunggal Ika justru memperkuat bangsa.
Badikenita mengingatkan bahwa meskipun Indonesia dijajah ratusan tahun, semangat persatuan melalui budaya berhasil menangkal upaya devide et impera.
Tujuh Martogi Siahaan, Ketua Umum Pengurus IKA USU Wilayah Jakarta, menegaskan bahwa budaya adalah akar identitas.
Sumatera Utara dengan kekayaan etnis dan tradisinya bukan hanya kebanggaan daerah, tetapi aset bangsa yang tak ternilai.
Ia mengutip percakapan dengan Ketua DPD RI yang menyebutkan bahwa Sumatera Utara “punya semua”.
“Di tengah derasnya arus modernisasi dan tantangan globalisasi, kita ditantang tidak hanya untuk mempertahankan warisan budaya, tapi juga menghidupkannya, mengkontekstualkan agar tetap relevan dan membumi bagi generasi muda dan generasi yang akan datang,” papar Martogi.
Ia berharap, melalui kegiatan semacam ini, dapat ditegaskan bahwa modernisasi tidak harus menggerus budaya. Sebaliknya, dengan semangat inovasi dan pemanfaatan teknologi, budaya Sumatera Utara dapat tampil di panggung nasional bahkan global tanpa kehilangan jati dirinya.
Diskusi panel yang mencerahkan ini diakhiri dengan ramah tamah yang turut dihadiri oleh Bupati Dairi, Vickner Sinaga, menunjukkan komitmen bersama dalam merawat dan mengembangkan budaya Sumatera Utara.(*)
Be the first to comment