
IndonesiaVoice.com – Sinar matahari awal Februari jatuh lembut di Sekolah Pondok Domba, Pluit, Jakarta Utara, Jumat (7/2/2025). Hiruk-pikuk kecil terdengar dari anak-anak yang bercengkrama, mata mereka berbinar penuh harap.
Hari ini bukan hari biasa bagi mereka. Hari ini adalah hari di mana kasih dan kepedulian hadir dalam bentuk nyata, kunjungan dari Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI) dalam agenda bertajuk “GAMKI Berbagi Kasih”.
Tepat pukul 13.00 WIB, suasana sekolah mulai dipenuhi kehangatan. Para Pengurus GAMKI, dengan senyum yang mengembang, melangkah masuk ke dalam lingkungan sekolah.
Mereka tidak hanya datang membawa bingkisan, tetapi juga membawa kehangatan, perhatian, dan doa bagi anak-anak yang membutuhkan.
Diantara mereka, ada yang menyapa dengan pelukan hangat, ada yang berjongkok menyamakan tinggi dengan anak-anak, berbicara dari hati ke hati.
Kepala Sekolah Pondok Domba, Indah Sianturi, menyambut kedatangan mereka dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih sudah datang,” ujarnya, suaranya bergetar penuh syukur, “Kalian membawa hiburan yang sangat kami butuhkan.”
Menurut Indah, sekolah ini, yang didirikan pada tahun 1996, telah menjadi rumah bagi anak-anak yang kurang beruntung. Sebagian dari mereka tinggal di rumah yang terancam digusur, namun semangat mereka untuk belajar tak pernah padam.
“Anak-anak ini awalnya tidak punya NIK, tapi kami bantu mereka mendapatkannya. Sekarang, beberapa alumni kami sudah kuliah bahkan bekerja di perusahaan besar seperti PT Astra,” cerita Indah dengan bangga.
Sekolah Pondok Domba, yang terletak di Pluit, adalah yang paling baik di antara sekolah-sekolah serupa lainnya yang berlokasi di kolong jembatan atau dekat rel kereta api. Empat guru dengan dedikasi tinggi mengajar di sini, membimbing anak-anak dengan penuh kasih.
“Sekali lagi, terima kasih kepada GAMKI. Saya berdoa agar GAMKI terus bertumbuh dan menebarkan kasih Tuhan kepada generasi selanjutnya,” ucap Indah.
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP GAMKI, Sahat Martin Philip Sinurat, berdiri di depan anak-anak dengan wajah berseri.
“Adik-adik, kami datang ke sini untuk berbagi kasih,” katanya, suaranya penuh semangat, “Kita akan bermain bersama, menonton panggung boneka, dan berbagi cerita. Kami berjanji akan datang setiap bulan ke sini.”
Sahat kemudian mengajak anak-anak untuk mengejar cita-cita setinggi langit. “Saya ingin jadi guru, polisi, dokter, bahkan pramugari,” sahut anak-anak dengan antusias.
“Ingat, selain belajar, berdoalah setiap hari agar Tuhan membimbing perjalanan kalian. Selalu bersyukur,” pesan Sahat.

Kegiatan semakin meriah ketika bingkisan kasih mulai dibagikan. Tas sekolah baru diberikan kepada setiap anak, sementara para guru menerima bingkisan dan dua buah kipas untuk menyejukkan ruangan.
“Setiap bulan, kami juga akan memberikan bantuan untuk kebutuhan operasional sekolah ini,” janji Sahat.
Kegiatan semakin meriah ketika panggung boneka dimulai. Gelak tawa anak-anak mengisi ruangan, mereka larut dalam cerita yang penuh makna.
Panggung boneka ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga media pembelajaran nilai-nilai moral yang mengajarkan kebaikan dan semangat pantang menyerah.
Mengusung tema “Pulihkanlah Bangsa Kami”, yang terinspirasi dari Mazmur 80, kegiatan ini bukan sekadar aksi sosial.
Lebih dari itu, ini adalah refleksi dari semangat GAMKI dalam mewujudkan kepemimpinan pemuda Kristen yang transformasi dan inovatif.
Di tengah berbagai tantangan zaman, pemuda Kristen dipanggil untuk menjadi terang, menyebarkan kasih, dan membawa perubahan nyata bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sekolah Pondok Domba, yang selama ini menjadi rumah bagi anak-anak yang kurang beruntung, hari ini terasa lebih hidup.
Bukan hanya karena tawa dan keceriaan yang hadir sejenak, tetapi karena harapan yang kembali menyala di hati mereka.
Harapan bahwa kasih bukan sekadar kata-kata, melainkan sesuatu nyata, yang bisa dirasakan, disentuh, dan dibagikan.
Ketika senja mulai turun dan kegiatan perlahan berakhir, anak-anak masih enggan beranjak. Mata mereka menyiratkan kebahagiaan yang sulit dilukiskan.
Hari ini, mereka belajar satu hal penting bahwa mereka tidak sendiri. Di luar sana, ada banyak orang yang peduli, yang ingin melihat mereka tumbuh dan meraih mimpi mereka tanpa batas.
Dan GAMKI, dengan semangat dan ketulusan, telah menjadi bagian dari mimpi itu.
Be the first to comment