
ALAM MULAI BICARA
Oleh: Maruap Siahaan
Ibuku alam
Tanah, batu, pasir, air dan hutan kayu
Itu aku.
hewan liar, terbang dan melata, kupu dan serangga
Itu aku.Ini tempatku
Bersama ibuku alam aku ada
Di hutan ini
seharusnya aku memang di sini.Ibuku alam punya rasa
Ia bisa gembira, kecewa dan marah
Ia bisa membedakan suaramu jujur dan atau dusta
Ia bisa tahu langkah pejalan hutan yang baik atau jahat,Tetapi ada mereka yang datang
bahkan dari seberang
Hiruk pikuk bernyanyi
dan mabuk dalam tarian
Dari jelata hingga jelita
Mendengar penguasa
bersabda umbar janji
seakan pemilik masa depan:“Pegang janjiku! Aku padamu! Aku untukmu!”
Tetapi apa yang mereka lakukan?
Rakus dan rusak,Ibuku alam, akan marah
Ia akan ubah jadi sunyi mencekam
Hujan duka meluap
ratap dan tangis akan melangit
Ari matamu akan menyatu banjir bah
melanda semua segalaIbuku akan murka
Ia adalah angin menusuk
Bagai anak panah dendam kesumat
Tanpa peringatan,
tanpa pilih siapa pelaku siapa korban
Hujan kebohongan bukanlah berkat
Sebab sungai kejujuran mengubahnya
menjadi bencana
amuk banjir bandang tanah longsorIbuku alam memang marah
Sebab kalian abai Perintah Sang Pencipta yang pertama pada manusia :
Peliharalah Taman Eden. (Kej 2;15). Rawatlah alam lingkungan.*
Engkau akan menggigil dalam sunyimu
Mereka yang kau elukan entah di mana
Di manakah dia yang dielu-elukan bak pahlawan itu?
Di mana dia yang suaranya lantang menggelegar umbar janji itu?
Entahlah,
Seribu dalih dan sandiwara tipu-tipu
Mereka pamer tanpa malu-maluMereka tak punya telinga tak punya hati
Mereka tidak akan mengaku bersalah.
Bahkan menuduh alam yang salahMaka menangislah
Tissu yang dibuat dari bahan kayu
hutan luas yang direbah serata tanah
lalu diangkut ke pabrik
Tak akan sanggup membendung air matamuIbuku alam, tak pernah berbohong
Batu dan lumpur membawa kayu jarahan, menambah beban utk memporak porandakan kampung dan rumahmu
membuktikan kemunafikan mereka
yang janji teriak lantang itu
mereka yang bak pahlawan itu
Peganglah kata-kataku
ini belum selesai
Besok akan lagi, dan lebih lagi*
Jakarta. 2 Des 2025
Maruap Siahaan
Ketum YPDT
TOBA ADALAH KITA
Kami suarakan ini di Parapat persis 10 tahun lalu.
Tahun 2015 (Acara YPDT)
pertobatan ekologi dengan menyalakan 1000 lilin di seluruh kawasan Danau Toba. Di malam 30 Desember 2015, GCDT (Gerakan Cinta Danau Toba 27-30 Des 2015, Menyalakan lilin di seluruh Kawasan Danau Toba) dan live di Parapat.Sekarang banyak berita dan cerita. Katanya ini hanya gejala alam semata. Semua tidak perlu kuatir, karena ini akan berlalu.
Toba yg baik,
Tao nauli, aek na tio, mual hangoluan
airnya sudah keruh dan ikan mati
tapi kata mereka yang punya kata-kata,
Itu fenomena biasa
esok matahariakan cerah
Danau Toba akan jernih kembali.
Tetapi hujan akan berhenti
Kekeringan akan lebih panjang lagi. Keramba akan tetap ada
Merusak segalanya di tengah danau. Mereka aman dan tidak perlu kuatir,
panen tetap raya.
Hutan masih ada, penebang jangan berhenti, tunas masih akan tumbuh.
Benih masih banyak, tetaplah menebang.Tetapi “Seang do tarup ijuk soada langge panoloti, seang do sipaingot so adong na mangoloi.”
Jangan ada sesal kalau tahun berikut kaluan hanyut bersama handai taulan di sana. Karena telinga sdh tidak mendengar dan mata sdh tidak melihat.Terdengar lantang di televisi
Kembali dan pulanglah dari pengungsian. Besok matahari masih terbit. Sembako akan datang, pejabat bak pahlawan bawa segenggam harapan. Tersedia permen buat anak yg kehilangan ayah dan ibu. Manis anakku, makan lah. Berhentilah menangis. Masih ada tissu untuk air matamu, diproduksi dari kayu hutan sekelilingmu.
Toba adalah kita
Yang nembiarkan tontonan itu
sementara kayu-kayu masih tetap antri
masuk pabrik untuk dijadikan tissue menghapus air mata kita.Tao nauli, aek na tio, mual hangoluan
Sipalambok pusupusu,
Alai dung hupajojok dompak ho,
Rohanghu pe lamu gondok,
Ooo, Tao Toba Nauli .Haruskah aku pergi menjauh?
Jakarta. 2 Des 2025
Maruap Siahaan
Ketum YPDT

Be the first to comment