GAMKI Temui PBNU, Adukan Intoleransi dan Usul Konsensus Nasional Lintas Iman

Ketum GAMKI Sahat Sinurat
Ketua Umum DPP GAMKI Sahat Martin Philip Sinurat bersama jajaran pengurus DPP GAMKI berkunjung ke Kantor PBNU yang diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), di Jakarta, Senin (14/7/2025).

IndonesiaVoice.com – Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI) menyambangi Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (14/7/2025).

Di dalam ruang audiensi, dua generasi muda dari latar yang berbeda—tapi satu dalam cinta tanah air—berjumpa dan berbincang.

Sahat Martin Philip Sinurat, Ketua Umum DPP GAMKI, datang tak sekadar membawa salam persaudaraan.

Ia datang membawa suara keprihatinan, tentang intoleransi yang kian menganga di berbagai penjuru negeri.


Baca juga: GAMKI: Menteri Agama Urus 30 Hektar Untuk Komplek Syariah, Gereja Sebidang Tanah Pun Sulit

Disambut langsung oleh KH. Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya, pertemuan lintas iman ini menjadi momen reflektif yang sarat makna.

“Retret pemuda Kristen di Sukabumi dibubarkan, izin gereja GBKP di Depok dipersoalkan. Ini bukan hanya tentang kebebasan beragama, ini tentang bagaimana kita menjaga marwah Pancasila dan UUD 1945,” ujar Sahat, lirih namun tegas.

Di tengah diskusi hangat, Sahat bahkan berseloroh bahwa GAMKI adalah pengikut setia ‘empat pilar PBNU’—yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Sebuah pernyataan simbolik yang mengisyaratkan kedekatan ideologis dalam menjaga fondasi kebangsaan.

Tak berhenti di isu intoleransi, GAMKI juga membawa pesan ekologis dari kampung halaman.


Baca juga: Kasus Ijazah Palsu Jokowi Naik ke Penyidikan, Ketum Bara JP, Willem Frans Ansanay: Ini Konsekuensi Fitnah, Bukan Kriminalisasi

“Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Victor Tinambunan telah bersuara tentang kerusakan lingkungan di kawasan Danau Toba. Ini bukan hanya urusan gereja, ini tugas moral kita bersama,” tambahnya.

Dari percakapan itu lahir satu gagasan besar—membangun konsensus nasional lintas iman. Sahat mengusulkan agar lembaga-lembaga keumatan seperti PBNU, Muhammadiyah, PGI, KWI, dan lainnya duduk bersama, mencari titik temu yang menjiwai Pancasila agar tak hanya jadi jargon politik musiman.

“Kalau nilai-nilai dasar kita tidak dikukuhkan secara bersama, setiap pemimpin bisa sesuka hati membelokkan arah bangsa. Maka intoleransi, diskriminasi, dan ketidakadilan bisa terus terjadi,” katanya.

Menanggapi itu, Gus Yahya disebut menyambut positif dan menyatakan bahwa komunikasi lintas agama sudah dijalin, termasuk dengan Ketum PGI, Pdt. Jacky Manuputty.


Baca juga: GAMKI: Menteri Agama Urus 30 Hektar Untuk Komplek Syariah, Gereja Sebidang Tanah Pun Sulit

Benih-benih kolaborasi sejatinya sudah ditanam. Tahun 2024, GAMKI bersama GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, dan organisasi pemuda lintas iman lainnya telah bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, mendeklarasikan komitmen terhadap Pancasila dalam *Deklarasi Jakarta–Vatikan*.

“Tapi gerakan kecil dari pemuda tak cukup. Tokoh-tokoh agama harus berdiri di garda depan. GAMKI pasti siap mendukung,” ucap Sahat.

Di akhir pertemuan, harapan disematkan kepada PBNU—sebagai penjaga kompas kebangsaan—untuk tetap berdiri tegak melindungi seluruh anak bangsa, tanpa membedakan agama dan keyakinan.

“Karena sekarang, terus terang, agak sulit berharap pada Menteri Agama. Maka kami datang ke PBNU. Kami percaya, Gus Yahya dan PBNU akan tetap menjadi suluh di tengah gelapnya arus intoleransi,” pungkas Sahat dengan nada penuh harap.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*