
IndonesiaVoice.com – Konferensi Studi Lokal (KSL) ke-39 Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Jakarta di Gedung DPP KNPI, Jakarta, Sabtu (31/5/2025) menguak sejumlah data dan sorotan strategis terkait masa depan Jakarta sebagai kota global.
Forum yang mengusung tema “Jakarta Kota Global dalam Perspektif Pendidikan, Lingkungan, Ekonomi, Politik-Hukum, dan Anggaran” ini menyoroti angka-angka vital serta mendesak evaluasi berbasis dampak untuk pembangunan Ibu Kota.
Lima pembicara utama hadir untuk memperkaya diskusi yakni Chiko Hakim (Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta), Josephine Simanjuntak (Anggota DPRD DKI Jakarta), Dr. Appe Hutauruk, S.H., M.H. (akademisi dan pengamat), Muhammad Riandy Haroen (Ketua Umum BPD HIPMI Jaya), dan Drs. Waluyo Hadi, M.M. (Kepala Pusat Pelayanan Pendanaan Personal dan Operasional Pendidikan/P4OP Dinas Pendidikan DKI Jakarta). Diskusi yang sarat gagasan ini dipandu dengan apik oleh Danti Resner dari GMKI Jakarta Komisariat UPN Veteran Jakarta.

Rp 91 Triliun Anggaran DKI dan Urgensi Dampak Nyata
Sorotan utama dalam KSL XXXIX jatuh pada alokasi anggaran daerah DKI Jakarta yang mencapai Rp 91 triliun untuk tahun ini.
Angka fantastis ini, sebagaimana disampaikan dalam forum, menjadi fokus utama untuk memastikan dampak konkret di masyarakat.
Para pembicara menekankan bahwa dana sebesar itu diharapkan mampu memberikan perubahan signifikan pada sektor transportasi, pendidikan, dan pengelolaan lingkungan.
Namun, mahasiswa dan masyarakat didorong untuk aktif berperan sebagai pengawas dan kolaborator.
Mahasiswa diharapkan turut aktif sebagai pengawas dan kolaborator dalam mengawal implementasi kebijakan anggaran agar berdampak luas bagi masyarakat. Pengawasan ini tentu menggarisbawahi pentingnya akuntabilitas terhadap dana publik.
Pendidikan, Komitmen Angka & Kualitas SDM
Dari sektor pendidikan, komitmen pemerintah DKI Jakarta tercatat melalui sejumlah program.
Meskipun data kuantitatif spesifik tentang jumlah penerima atau peningkatan sertifikasi belum diungkap, upaya seperti penambahan sertifikasi untuk siswa SMK, pembiasaan bahasa Inggris, serta dukungan bantuan pendidikan lewat KJP+ dan KJMU menjadi indikator arah kebijakan.
Salah satu langkah strategis yang disorot adalah perluasan beasiswa KJMU hingga jenjang S3.
Ini dinilai sebagai investasi jangka panjang untuk menciptakan generasi unggul dan kompetitif, sebuah indikator kualitas sumber daya manusia yang diupayakan kota global.
Ekonomi, UMKM dan Kesenjangan Sinergi
Sektor ekonomi menempatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai “tulang punggung ekonomi Indonesia,” menandakan perannya yang masif dan tersebar luas.
Namun, UMKM masih menghadapi kendala signifikan:
- Akses permodalan: Menghambat ekspansi dan inovasi.
- Literasi keuangan: Membatasi kemampuan pengelolaan bisnis.
- Integrasi rantai pasok: Kesulitan menembus pasar yang lebih besar.
Meskipun kebijakan seperti UU Cipta Kerja telah membuka jalan, forum menilai bahwa sinergi konkret antara UMKM dan perusahaan besar masih perlu diperkuat, mengindikasikan adanya gap implementasi yang perlu diatasi.
Lingkungan, Dari Simbolik Menuju Dampak Terukur
Isu lingkungan menyoroti perlunya pembangunan yang “berdampak langsung, bukan sekadar proyek simbolik.”
Pernyataan ini secara implisit menuntut adanya data evaluasi yang transparan dan terukur terhadap program-program Pemprov DKI saat ini.
Tujuannya adalah memastikan setiap investasi lingkungan benar-benar “terasa oleh masyarakat,” menekankan pentingnya metrik keberhasilan yang berorientasi pada warga.
Politik-Hukum, Inkonsistensi dan Hambatan Investasi
Dari aspek politik dan hukum, forum mengkritik inkonsistensi dalam penyusunan dan pelaksanaan produk hukum di Indonesia.
Ini berpotensi menciptakan ketidakpastian hukum, yang merupakan indikator negatif bagi iklim investasi.
Selain itu, fenomena premanisme yang mengklaim mewakili masyarakat lokal disorot sebagai hambatan nyata bagi iklim investasi dan rasa aman masyarakat, menyiratkan adanya kerugian ekonomi dan sosial yang terukur akibat praktik tersebut.
Kritik terhadap “kebijakan populis yang dinilai hanya menciptakan citra sementara” juga menggarisbawahi kebutuhan akan kebijakan berbasis data dan bukti yang memberikan solusi jangka panjang.
Konsistensi GMKI dan Dukungan Intelektual
Ketua Cabang GMKI Jakarta, Chrysmon Gultom, S.T., menegaskan konsistensi organisasi.
“Dua tahun ini cukup berat. Dinamikanya tinggi, tapi dengan iman dan semangat pelayanan, kami mampu menjalankan tugas dan membentuk enam komisariat aktif,” ujarnya, mengindikasikan perluasan jangkauan dan aktivasi anggota sebagai bentuk capaian organisasi.
Dukungan dari Forum Senior GMKI Jakarta, melalui Sandi Situngkir, S.H., M.H., juga memperkuat komitmen terhadap kualitas intelektual dan penyebarluasan hasil kajian ilmiah, menunjukkan fokus pada kontribusi berbasis data dan analisis bagi pembangunan Jakarta.
Be the first to comment