Penumpang gelap atau free rider dalam kontestasi Pilkada serentak 2020, perlu diwaspadai bersama. Siapa saja para penumpang gelap itu?
“Mereka para pengusung khilafahisme berlatar belakang simpatisan HTI, kelompok keagamaan radikal bahkan ada kelompok teroris seperti Jamaah Anshorud Daulah (JAD), Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) dan Jamaah Anshorus Syariah (JAS),” imbuh Gus Sholeh Mz.
Dia mengingatkan para elite politik dan para Paslon Pilkada Serentak 2020 agar membersihkan diri dari kelompok anti-Pancasila. Sebab, kelompok tersebut hanya memanfaatkan momentum politik elektoral untuk kepentingan ideologisnya.
“Intensitas narasi dari elite politik dan pendukungnya untuk mendelegitimasi proses dan hasil Pilkada Serentak 2020, melalui reproduksi hoaks, misinformasi dan disinformasi telah melahirkan titik-titik kerawanan yang membangkitkan sel-sel tidur jaringan teroris. Ini sangat berbahaya,” tegas Gus Sholeh Mz.
Para elite politik, Paslon Pilkada dan publik harus ikut memelihara kondusivitas sosial-politik dengan menahan diri dari melakukan tindakan yang dapat meningkatkan kerawanan keamanan terutama saat ini masih pandemi Covid19 kurvanya yang masih terus meningkat.
Baca juga:
“Stop produksi hoaks, misinformasi dan disinformasi. Hentikan ujaran kebencian serta provokasi. Apalagi nantinya menjelang pengumuman resmi hasil Pemilu Pilkada Serentak 2020 oleh KPU,” tuturnya.
Pihak-pihak yang terus memprovokasikan masyarakat adalah penumpang gelap dalam Pemilu. Menurut Gus Sholeh, penumpang gelap itu berbahaya bagi demokrasi. Gus Sholeh juga mengatakan ada tiga ciri penumpang gelap dalam Pemilu.
Pertama, kelompok ini melakukan delegitimasi terhadap penyelenggara pemilu dengan cara-cara di luar prosedur demokrasi yang sudah disepakati.
Misalnya menyebarkan hoaks dan berita bohong di media sosial dengan berbagai jenis kebohongan. Selain itu, memprovokasi masyarakat agar menduduki gedung KPU.
Kedua, kelompok ini tidak mempunyai basis data yang valid dan kuat yang bisa dipertanggungjawabkan dalam melakukan tuduhan maupun klaim. Ketika ditanya bukti, mereka akan menyodorkan fakta fakta yang sebenarnya bukan bukti.
Baca juga:
Presiden Jokowi Bahas Penanganan Covid-19 Bersama Tokoh Lintas Agama
“Misalnya tuduhan kecurangan karena ada 500-an anggota KPPS yang meninggal dunia, disaat Pilpres 2019 lalu. Padahal investigasi dari Kementerian Kesehatan membuktikan bahwa yang meninggal memang sudah mengidap sakit,” terangnya.
Ketiga, penumpang gelap ini mempunyai tujuan Indonesia konflik. Jika konflik terjadi, mereka mengambil keuntungan dan berpeluang menawarkan solusi selain sistem Demokrasi.
“Tawaran ideologi alternatif itu tidak akan bisa diterima rakyat kalau situasi Indonesia damai dan rukun. Karena tujuan mereka konflik, maka fakta dan kebenaran apapun akan mereka tolak supaya terjadi distrust publik terhadap pemerintah yang sah,” ujar Gus Sholeh.
Dia berharap Pelaksana Pilkada bersama TNI dan Polri tegas terhadap setiap tindakan melanggar hukum yang mengancam keutuhan NKRI dan Pancasila.
Baca juga:
RKUHP Jangan Diskriminasi Dan Dipakai Untuk Mengkriminalkan Perbedaan
Mengakhiri pernyataannya, Gus Sholeh menegaskan penumpang gelap adalah kelompok yang ingin memanfaatkan ketegangan politik ditengah Pandemi Covid19 dalam Pilkada Serentak 2020. Tujuannya adalah mengacaukan negara.
“Indikasi yang ada sangat kuat. Ini bisa kita lihat mulai beberapa pekan lalu menjelang diputuskannya diundur lagi atau tidak pelaksanaan Pilkada Serentak 2020, hingga saat ini, dengan memainkan isu-isu yang ada, mulai isu kebangkitan PKI, kejadi-kejadian diluar nalar ditempat ibadah dan demo buruh. Masyarakat harus menyadarinya. Ini bukan persoalan menang atau kalah dalam Pilkada Serentak 2020. Bukan soal kecurangan atau tidak. Tapi, ada penumpang gelap yang ingin memanfaatkan situasi kegalauan politik dan kegaduhan. Jelas ini membahayakan eksistensi negara, ideologi negara Pancasila termasuk NKRI,” tegas Gus Sholeh.
Untuk lebih jelas dan detailnya, silahkan ikuti webinar kebangsaan yang dilaksanakan oleh Agama Cinta Edisi 8, bekerjasama P3S (Political and Public Policy Studies) dan JPK (Jamaah Pengajian Kebangsaan), dengan tema: “Waspada, Penumpang Gelap Di Pilkada Serentak 2020”, dilaksanakan pada hari Minggu, 11 Oktober 2020. Pukul 14.00 WIB sampai selesai, via virtual zoom.
Webinar diawali dengan pengantar diskusi oleh Gus Sholeh. Dan bertindak sebagai moderator Fredi Moses Ulemlem, SH.
Adapun para narasumber yang akan mengisi webinar kebangsaan ini, sebagai berikut:
Dr. Jerry Massie – Direktur Eksekutif P3S, Pengamat Politik.
Prof. J Kristiadi – Peneliti Senior CSIS.
Titi Anggraini – Dewan Pembina PERLUDEM, Pengamat Pemilu dan Aktivis Demokrasi.
DR Pangi Syarwi Chaniago – Analis Politik.
DR Emrus Sihombing – Pakar Komunikasi Politik UPH (Universitas Pelita Harapan).
Chrisman Damanik – Mantan Ketum GMNI
Ken Setiawan – Ex Radikalis NII, Pendiri NII Krisis Center.
Dan diakhiri dengan pembacaan puisi dan doa penutup oleh Habib Ja’far Shodiq bin Yahya – Sufi Musafir.
Bagi audensi yang hendak mengikuti webinar ini, tulis nama lengkap dan kota tempat tinggal, kirim via WA kepada Panitia 0817706999 atau +62 851-5656-8635.
Be the first to comment