Tri Hita Karana Future Knowledge Summit Ajak Pemikir dan Inovator Rumuskan Inovasi dan Visi Bagi Masa Depan Terbaik

Diskusi panel “Driving Decarbonization Innovation through Climate Accounting and Blended Finance” pada acara Tri Hita Karana (THK) Future Knowledge Summit.

IndonesiaVoice.com  | Tri Hita Karana (THK) Future Knowledge Summit sebagai kelanjutan dari THK Forum Blended Finance, menggelar pertemuan selama dua hari, untuk mempromosikan kepemimpinan negara berkembang dan negara maju terkait transfer dan inovasi teknologi, dana transformatif agar bisa memperbesar skala investasi dari sektor swasta untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Konferensi ini akan menghadirkan para pembuat kebijakan, korporasi, komunitas inovator, institusi keuangan, filantropi, LSM, akademisi, dan semua pihak terkait ekosistem inovasi guna memastikan ada aksi global bersama untuk mencapai nol emisi karbon yang memperhatikan unsur sosial, lingkungan, dan ekonomi secara inklusif.

“Kita berada di era kritis. Percepatan investasi untuk inklusi sosial, aksi iklim, kesehatan, dan lingkungan adalah kunci utama. Kita membutuhkan lebih banyak ilmuwan dan mitra teknologi untuk menciptakan inovasi berbasis teknologi yang bisa menyoroti sistem yang harus diubah sebagai solusi bagi pencapaian TPB,” tutur Satryo Soemantri Brodjonegoro, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, dalam keterangannya, Kamis (17/11/2022).

Baca juga: Luhut Pandjaitan dan Sandiaga Uno Saksikan Peluncuran United in Diversity dan Tsinghua Southeast Asia Center Bali Campus





“Semangat dari pertemuan ini sejalan dengan komitmen trisektor yang telah mengatalisasi pembiayaan campuran lebih dari USD 30 miliar lewat Global Blended Finance Alliance (GBF). Pemerintah Indonesia memiliki aspirasi untuk mendirikan THK Center for Future Knowledge di Bali, bersama-sama dengan masyarakat global untuk merealisasikan Peta Jalan Era Baru Bali Kerthi dalam memecahkan masalah kesehatan, ekonomi biru dan hijau, dan inklusi digital,” tambah Satryo.

Topik diskusi dalam pertemuan ini amat beragam seperti inovasi perhitungan karbon yang akuntabel, teknologi digital dan transformasi, inovasi teknologi di bidang kesehatan, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk manajemen data pemerintah, serta akselerasi pertumbuhan UMKM dan kewirausahaan.

“Jika kita serius dengan komitmen untuk mencapai net-zero, maka tersedianya data yang berkualitas adalah kuncinya. Temuan kami berpotensi lebih baik dalam melakukan inovasi dekarbonisasi melalui proses audit dan akuntasi yang terverifikasi, serta disajikan dalam waktu nyata (real time),” ujar Prof. Karthik Ramanna, University of Oxford.




Selama sesi dialog dengan pemimpin-pemimpin universitas dunia, disepakati bahwa sangat penting untuk mempercepat kontribusi-kontribusi dari universitas bagi pencapaian TPB.

“Meskipun universitas memiliki pendekatan dan program yang berbeda, namun tanggung jawab utamanya adalah membangun kapasitas untuk menyediakan solusi di lima hingga sepuluh tahun mendatang, terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan menjadikan mahasiswa sebagai pembelajar sejati, sekaligus menjembatani kesenjangan antara pendidik dan pembelajar untuk memiliki pemahaman yang sama terhadap isu-isu yang terjadi saat ini. Inilah arti dari pengetahuan masa depan,” tutur Edward Crawley, Ford Professor of Engineering, MIT, Senior Academic Advisor, United in Diversity Foundation, Honorary Professor, Tsinghua University.

Pada kesempatan ini, terdapat penandatanganan Surat Pernyataan Niat (Letter of Intent) untuk THK Knowledge Prize Alliance yang melibatkan enam mitra untuk mempromosikan inovasi teknologi berbasis kesadaran dan kewirausahaan lewat insentif hadiah/penghargaan. Platform Ini akan menjadi tempat pertukaran dan terbentuknya koneksi di antara para inovator, investor, peneliti, dan praktisi untuk berbagi praktik terbaik dan menciptakan program-program peningkatan kapasitas.




THK Future Knowledge Prize Alliance bertujuan mendorong semangat kewirausahaan UMKM. Anousheh Ansari, CEO XPrize Foundation menegaskan,”Kita membutuhkan sistem pengetahuan dan kepercayaan untuk mendukung para pebisnis. Kita juga perlu mengajarkan generasi muda tentang teknologi dan kewirausahaan. Ini merupakan perjalanan tentang ‘passion’ yang membutuhkan dukungan emosional dan pendampingan langkah demi langkah, agar mereka dapat memulai perjalanan kewirausahaannya segera.”

Pertemuan ini menyimpulkan bahwa dengan kemajuan teknologi, inovasi yang diciptakan manusia idealnya berpusat pada keharmonisan kehidupan dan kesehatan bumi bagi masa depan generasi berikutnya.

Pada hari kedua, pertemuan ini mengajak para peserta untuk mengalami perjalanan penginderaan yang menggarisbawahi bahwa pengetahuan seharusnya tertanam dalam pikiran dan jiwa. Perjalanan penginderaan akan memaparkan para peserta untuk menghargai filosofi tradisional Bali ‘Tri Hita Karana’ melalui budaya, sejarah, pertanian generatif, pendidikan inovatif, dan seni.




THK Future Knowledge Summit 2022 merupakan persiapan dari THK Center of Future Knowledge yang dicita-citakan bersama dengan Pemerintah Indonesia, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi; Kementerian Komunikasi dan Informatika; Yayasan UID; Akademi Ilmu Pengetahuan; Aliansi Inovasi Teknologi dan Pengetahuan (UI RCCC, ITB, UGM, Udayana, Tsinghua, MIT Harvard RMI dan Oxford University), S20, T20, F20, O20, IEEE, UN Sustainable Development Solutions Network, OECD, World Economic Forum, X Prize Foundation, Promotion Association for the Global Youth Innovation Leaders Community (PILC), Atal Innovation Mission (AIM), IEEE Standards Association (IEEE SA).

Pertemuan ini mempromosikan inovasi teknologi dan kewirausahaan berbasis kesadaran agar menghasilkan kemajuan yang berorientasi pada manusia untuk kebahagiaan bersama di masa depan. Pertemuan ini akan mengumpulkan para mitra dan innovator teknologi global terdepan untuk meneropong perubahan sistem untuk solusi permasalahan perubahan iklim dan TPB.(*)

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan