KMDT Serukan Aksi Hijaukan Kembali Kaldera Toba, Status UNESCO Terancam Dicabut

kaldera toba
Foto bersama panitia dan pengurus KMDT usai Gala Dinner bertajuk Semalam di Danau Toba “I Love Danau Toba” yang digelar di SCBD, Jakarta, Sabtu malam (17/5/2025).

IndonesiaVoice.com – Komite Masyarakat Danau Toba (KMDT) menyerukan aksi kolektif nasional untuk menyelamatkan status Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp) dalam acara Gala Dinner bertajuk Semalam di Danau Toba “I Love Danau Toba” yang digelar di SCBD, Jakarta, Sabtu malam (17/5/2025).

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Pra Musyawarah Nasional (Munas) I KMDT dan turut dihadiri oleh berbagai tokoh nasional, perwakilan pemerintah pusat dan daerah, serta stakeholder pariwisata kawasan Danau Toba.

Status “Kartu Kuning” dari UNESCO

Ketua Umum KMDT, St. Edison Manurung, SH, MM, menyampaikan bahwa Danau Toba kini berada di posisi genting. UNESCO telah memberikan peringatan keras berupa “kartu kuning”, dan jika perbaikan tidak dilakukan segera, maka status Kaldera Toba sebagai situs warisan geologi dunia bisa dicabut pada Juli 2025.

“Saya optimis di era Presiden Prabowo ini, dengan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, kita bisa menyelamatkan status ini,” ujar Edison Manurung.

Baca juga: Pimpinan Gereja dan Masyarakat Kawasan Danau Toba Dukung Seruan Penutupan PT Toba Pulp Lestari




 

Hal senada disampaikan oleh Ketua Panitia Munas, Drs. Martua Situngkir, Ak, yang mengungkapkan bahwa jika tidak berhasil dipertahankan, maka kawasan Danau Toba akan kehilangan salah satu daya tarik utamanya dalam sektor pariwisata berkelanjutan (ecotourism).

Kondisi Miris

Dalam paparannya, Dr. Azizul Kholis, M.Si, selaku General Manager Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba, membandingkan jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Toba yang hanya mencapai 250.000 wisatawan pada 2024, jauh tertinggal dari Langkawi Geopark di Malaysia yang mencatat 2,8 juta pengunjung di tahun yang sama.

“Danau Toba adalah taman bumi terdahsyat di dunia. Jika kita tidak bisa menjaga, kita bisa terlempar dari keanggotaan UNESCO,” tegasnya.

Pecinta Gunung Api, Dr. Tanti Manurung, mengingatkan Danau Toba merupakan hasil letusan supervolcano terdahsyat di bumi, yang pernah memusnahkan 90% populasi dunia 74.000 tahun lalu.

Baca juga: Sorbatua Siallagan Lawan TPL, Mahkamah Agung Diuji untuk Tegakkan Keadilan Adat




 

“Gunung Toba adalah warisan geologi dunia, bukan hanya milik Sumatera Utara atau Indonesia. Menjadi anggota UNESCO Global Geopark adalah kehormatan sekaligus tanggung jawab,” ujarnya.

UNESCO memberikan tenggat waktu hingga Juli 2025 untuk melakukan pemulihan dan pemenuhan standar keberlanjutan.

Tim asesor dari Jerman dan Jepang dijadwalkan datang untuk menilai secara langsung kondisi aktual geosite, konservasi lingkungan, serta keterlibatan masyarakat dalam pelestarian budaya lokal.

Baca juga: PSRST Sejabodetabek Gelar Partangiangan Bona Taon dan Pelantikan Pengurus Periode 2025-2028




 

Melalui gala dinner ini, KMDT bertekad menggerakkan seluruh elemen bangsa — termasuk pemerintah daerah, tokoh adat, dan pelaku pariwisata — untuk “menghijaukan kembali” status Kaldera Toba di mata UNESCO.

“Ini bukan hanya untuk status geopark. Tapi juga soal ekonomi masyarakat, pelestarian alam, budaya, dan masa depan generasi,” tegas Edison Manurung.

Be the first to comment

Tinggalkan Balasan