
Jakarta, IndonesiaVoice.com – Jakarta sore itu, langit tampak cerah seolah ikut menyambut babak baru perjalanan Tanah Papua.
Usai dilantik, menggelar ucapan syukur bersama dengan para warga Papua yang berada di Jabodetabek di Resto Amanaia, Menteng Jakarta, (8/10/2025).
Tepuk tangan dan doa mengiringi langkah Komjen Pol (Purn) Matius D. Fakhiri bersama pasangannya, Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen. Keduanya resmi menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua untuk masa bakti 2025–2030.
Namun, di balik seremoni yang khidmat itu, tersimpan pesan yang jauh lebih dalam. Dalam nada yang hangat dan penuh ketulusan, Matius Fakhiri mengajak seluruh masyarakat Papua untuk menutup lembaran kompetisi politik dan kembali menenun persaudaraan yang sempat merenggang selama Pilkada.
“Masa kontestasi sudah berakhir. Sekarang saatnya kita bersatu membangun Papua tanpa sekat,” ujar Matius dengan nada tegas namun lembut.
Ajakan itu bukan sekadar slogan politik. Dari sosoknya, yang telah lama dikenal tegas sebagai mantan perwira tinggi kepolisian, kini terpancar ketulusan seorang pemimpin yang ingin memulihkan luka sosial dan menyulam kembali tenun kebersamaan di Bumi Cenderawasih.
Lembaran Baru Setelah Pilkada
Fakhiri menyadari, suhu politik yang sempat menghangat di masa kampanye bisa meninggalkan jejak perbedaan. Karena itu, ia memulai langkah pertamanya dengan permintaan maaf.
Baca juga: HUT TNI ke-80, Dr. John Palinggi: TNI Prima dan Rakyat Bersatu Demi Indonesia Maju
“Kami mohon maaf jika ada kata atau tindakan yang menyinggung. Mari kita bergandengan tangan membangun Papua yang lebih baik,” ucapnya tulus.
Suasana yang awalnya formal berubah menjadi haru. Seolah kalimat itu menjadi jembatan untuk memulai rekonsiliasi sosial di seluruh penjuru Papua—dari pesisir Jayapura hingga lembah Baliem.
Membangun dari Hati dan Pikiran
Tidak butuh waktu lama, Gubernur Fakhiri langsung menegaskan prioritasnya: membangun manusia Papua. Pendidikan dan kesehatan menjadi dua pilar utama dalam 100 hari pertama masa kerjanya.
Baca juga: Dr John Palinggi: Melayani Rakyat Bukan Bergaya Raja, Tantangan Menteri Dibawah Kepemimpinan Prabowo
“Kami ingin memperkuat SDM Papua. Setelah itu, infrastruktur ekonomi akan kami genjot,” jelasnya.
Visi itu sejalan dengan semangat pemerintah pusat untuk mempercepat pembangunan di wilayah timur Indonesia. Fakhiri bahkan merencanakan pertemuan intensif dengan kementerian dan Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Papua agar sinergi berjalan mulus.
Disisi lain, ia menaruh perhatian besar pada transparansi dan profesionalisme birokrasi. Tidak ada “orang saya” dalam pemerintahannya, tegasnya. Yang ada hanyalah mereka yang mau bekerja dengan hati untuk rakyat.
Harapan di Ufuk Timur
Papua kini berada di titik penting: antara harapan dan tantangan. Dengan segala kompleksitas sosial, geografis, dan ekonomi, Fakhiri memilih untuk menatap masa depan dengan semangat kebersamaan.
“Kami bukan hanya pemimpin bagi satu kelompok, tapi bagi seluruh rakyat Papua,” tuturnya dengan mata berbinar.
Langkah awal pemerintahan baru ini akan dimulai dengan pelantikan Ketua PKK Provinsi Papua dan sejumlah agenda strategis di triwulan akhir 2025.
Namun, lebih dari sekadar agenda birokratis, Gubernur Matius Fakhiri membawa pesan moral yang kuat — bahwa membangun Papua bukan hanya soal proyek dan anggaran, tapi juga tentang menyatukan hati, pikiran, dan semangat seluruh anak negeri di bawah satu langit yang sama.
Dan di ufuk timur Indonesia, di balik megahnya pegunungan dan birunya lautan Pasifik, harapan baru untuk Tanah Papua kini mulai menyala.
Be the first to comment